Kisah Nyata Azab Kubur Yang Mengerikan

Kisah Nyata Azab Kubur Yang Mengerikan

Serigala yang menyerang warga Paris

Di Prancis abad ke-15, Paris diteror oleh sekawanan serigala pembunuh yang dipimpin oleh serigala bernama Courtaud. Pada 1430-an, Paris dilanda musim dingin yang cukup parah. Mungkin karena kekurangan makanan, segerombolan serigala ini pun pergi ke Paris. Antara tahun 1436 sampai 1440, segerombolan serigala ini membunuh 60 hingga 80 orang. Para serigala ini menyelinap melalui celah-celah tembok kota dan menyerang manusia yang mereka temui.

Pada 1439, warga Paris memancing para serigala ke lapangan umum di depan Notre Dame, dan di sanalah mereka memasang perangkap. Manusia mengepung serigala-serigala itu dan melemparkan batu. Tak lama kemudian, serigala-serigala itu mati.

Serigala putih penyebar teror

Banyak yang memanggil hewan ini serigala Custer, karena hewan ini berkeliaran di sekitar perbukitan Custer, Dakota Selatan. Selama 9 tahun lamanya, serigala ini membunuh dan menyerang hewan ternak, khususnya sapi. Anehnya, dia melakukannya bukan karena lapar, tapi atas dasar kesenangan.

Beberapa warga setempat percaya bahwa serigala itu ingin membalas dendam atas pembunuhan temannya. Bahkan ada hadiah sebesar 500 dolar AS atau setara Rp8 juta bagi siapa saja yang mampu menangkap dan membunuh hewan itu. Namun, serigala Custer sangat cerdik dan bahkan dianggap memiliki kemampuan sihir karena bisa menghindari jebakan dan racun yang dipasang warga.

Pemerintah AS akhirnya mendatangkan pemburu profesional bernama H.P. Williams. Pada Maret 1920, Williams berangkat ke hutan belantara itu untuk memburu serigala tersebut. Untuk mengelabuinya, Williams menutupi sepatunya dengan aroma yang khas serigala betina. Namun hewan itu terlalu cerdas, dan lebih dari satu kali, serigala tersebut lolos dari perangkap Williams.

Setelah 5 bulan berburu, Williams akhirnya menemukan serigala itu masuk ke dalam jebakannya. Saat Williams mendekati buruannya, dia menemukan bahwa serigala Custer yang berwarna putih sebenarnya adalah hewan tua yang kekurangan gizi.

Laduni.ID, Jakarta – Kehidupan di dunia hanya sebagai tempat persinggahan yang artinya semua makhluk yang bernyawa akan kembali kepada sang kholik. Sebagai umat muslim, kita musti mengakui dan menyadari akan adanya kematian.

Setiap dari kita yang telah mati, maka akan masuk alam kubur (barzah). Di mana hal ini menjadi sebagai salah satu translit kita sebelum manusia dihisab amal perbuatannya. Dan setelah itu Allah SWT memasukan ke surga atau ke neraka.

Namun demikian, banyak riwayat yang menjelaskan terdapat adanya siksa kubur.  Bagi mereka yang mampu menjawab pertanyaan dari malaikat akan mendapatkan nikmat kubur hingga hari kiamat, pun sebaliknya jika tidak bisa menjawab pertanyaan akan mendapat siksa kubur hingga datangnya hari kiamat.

Berkaitan dengan siksa kubur ini, Ahlussunah Wal Jamaah berpendapat siksaan di alam kubur itu menimpa ruh dan jasad. Namun, ada juga yang berpandangan berbeda tentang hal itu.

Sementara Muktazilah sangat menentang adanya nikmat dan siksa di alam barzah. Sedangkan sebagian filsuf meyakini bahwa siksa dan nikmat alam kubur itu hanya untuk ruh saj.

Berikut ini cerita kisah nyata pengakuan seorang yang telah mengalami siksa kubur, seperti Laduni.ID mengutip tayangan Youtube Ningsih Tinampi yang bertajuk “Siksa Kubur | Semasa Hidupnya Jadi Rentenir,” yang tayang pada 3 September 2021.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Kamu mungkin suka film berbau horor tentang monster sejenis binatang yang meneror manusia? Tapi itu hanya sekedar film, kan. Tidak mungkin hewan bisa meneror manusia. Jika kamu berpikir demikian, maka kamu salah. Nyatanya, hewan di kehidupan nyata juga cukup menakutkan, lho.

Apalagi beberapa hewan diciptakan lebih kuat dan lebih cepat daripada manusia. Hewan-hewan ini bahkan memiliki racun yang sangat berbahaya bagi manusia. Bisa dibilang, manusia tidak ada apa-apanya jika dihadapkan dengan beberapa hewan ini tanpa senjata. Jadi siapa pun yang berada di posisi ini, maka sebenarnya dia sedang berada di tengah-tengah kisah horor dalam kehidupan nyata.

Seorang laki-laki berhasil selamat dari serangan wolverine atau beruang sigung

Pada 1979, penulis Larry Kaniut menceritakan kisah seorang pemburu bernama Jack yang tinggal di dekat Nome, Alaska, di Pegunungan Kigluaik. Jack adalah seorang penyendiri yang kerjanya membuat jebakan di wilayah tersebut. Suatu hari, Jack berhasil menembak beberapa burung ptarmigan untuk makan malam. Namun, Jack tidak menyadari kalau burung-burung yang ditembaknya itu meninggalkan jejak darah di salju. Darah ini pun menarik perhatian wolverine (beruang sigung).

Pada hari itu juga, badai besar melanda gunung tersebut. Jack terpaksa berlindung di bawah tebing terdekat. Saat dia tidur, beruang sigung itu datang ke tempat persembunyian Jack dan mengambil burung-burung itu. Karena terkejut, Jack secara refleks menakuti beruang sigung itu.

Sama-sama panik, beruang sigung itu justru menyerang dengan mencakar tangan dan wajah Jack. Lebih parahnya lagi, salah satu cakar beruang sigung itu tersangkut di ritsleting mantel Jack. Akibatnya, Jack dicabik-cabik oleh beruang sigung itu. Karena tidak suka dengan daging manusia, beruang sigung itu pergi meninggalkan Jack dengan pendarahan hebat.

Meski begitu, Jack masih mampu jalan terhuyun-huyung melewati badai salju untuk kembali ke kabinnya. Jack pun menjahit lukanya dan bertahan hidup selama beberapa hari di ranjang kabinnya sambil menunggu bantuan. Akhirnya, seorang pilot tak sengaja menemukan keberadaannya yang sudah dalam kondisi kritis. Untungnya, ia berhasil sampai ke rumah sakit tepat waktu.

Seorang laki-laki yang dikerubungi tarantula

Lanjutkan membaca artikel di bawah

James Payn adalah seorang gelandangan dari Liverpool, Inggris. Pada 1897, dia menjelajahi Amerika secara ilegal dengan menyelinap ke gerbong kereta barang. Payn masuk ke gerbong kereta barang yang terdapat mobil berisi pisang.

James Payn pun tidur siang di dalam mobil tersebut. Namun beberapa saat kemudian, ada hewan-hewan kecil berbulu yang merayap di wajahnya. Ia pun menyalakan korek api dan melihat pisang-pisang itu dipenuhi tarantula. Karena ketakutan, Payn berusaha membuka pintu mobil. Sayangnya, pintunya tertutup rapat dan tarantula itu memenuhi seisi mobil. Akibat kejadian ini, James Payn pingsan. Saat terbangun, dia sudah berada di ranjang rumah sakit di Oregon.

Baca Juga: 4 Hewan Unik yang Hidup di Taman Nasional Yellowstone, Bikin Terpukau!

Cacing pita yang ditemukan di otak manusia

Pada 2008, seorang laki-laki paruh baya berusia 50 tahun dari Inggris, mengeluhkan sakit kepala yang parah dan mengalami kejang. Dia mengaku mencium bau aneh dan berhalusinasi. Saat berobat ke rumah sakit, para dokter kebingungan dengan penyakit yang dideritanya.

Akhirnya, dokter melakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi apa yang terjadi di otak laki-laki paruh baya tersebut. Dokter menemukan beberapa pola yang mirip seperti cincin di sisi kanan otaknya. Selama 4 tahun pemeriksaan, cincin-cincin itu berpindah dari satu sisi otaknya ke sisi lain. Akhirnya pada 2012, dokter membedah tengkoraknya dan menemukan cacing pita sepanjang 1 sentimeter di dalam sana.

Cacing tersebut adalah spesies yang disebut Spirometra erinaceieuropaei dan merupakan spesies pertama yang muncul di Inggris. Dokter menduga bahwa laki-laki tersebut mungkin makan daging atau minum air yang terinfeksi cacing pita saat dia pergi ke Tiongkok. Lalu bagaimana cacing pita ini bisa hidup di otak manusia selama 4 tahun? Nah, cacing jenis ini menyerap nutrisi melalui kulitnya. Sementara itu, jaringan otak manusia sendiri kaya akan asam lemak.

Teror harimau Siberia

Pada Desember 1997, Vladimir Markov yang merupakan mantan peternak lebah, melakukan perberburuan di provinsi Primorye, Rusia. Saat berburu, dia menemukan seekor harimau Siberia yang beratnya mencapai lebih dari 226 kilogram. Markov menembaknya, tapi harimau tersebut berhasil melarikan diri.

Beberapa hari kemudian, Vladimir Markov ditemukan tewas dengan tubuh yang terkoyak dan dimakan oleh harimau Siberia. Tragedi mengerikan itu dilaporkan kepada Yuri Trush, kepala unit anti-perburuan liar Inspection Tiger. Biasanya, Trush melindungi hewan-hewan yang terancam punah ini, tetapi kali ini Trush diminta untuk membunuh hewan ganas ini.

Yuri Trush berpendapat bahwa harimau Siberia tersebut masuk ke kabin Markov saat Markov sedang keluar untuk berburu. Harimau itu merusak peralatan dan perlengkapan memasaknya, bahkan merobohkan kakusnya. Harimau itu kemudian menunggu Markov kembali hingga berjam-jam. Saat Markov masuk ke dalam kabinnya, kucing besar itu menyerangnya seperti membalas dendam.

Selain kabin Markov, harimau itu juga masuk ke rumah seorang laki-laki. Ia menyeret kasur milik laki-laki itu ke salju dan beristirahat di tempat tidur tersebut sambil menunggu korbannya tiba. Diketahui ternyata harimau pembunuh ini merenggut setidaknya 3 nyawa sebelum berhasil dilumpuhkan.

Akhirnya, Trush dan timnya menemukan harimau tersebut. Kucing besar itu menyerang Trush, tetapi Trush berhasil melepaskan dua tembakan sebelum dia diterjang dan terjatuh ke salju. Trush hanya mengalami luka ringan, karena dua rekannya berhasil menembak harimau Siberia tersebut hingga mati.

Manusia memang makhluk hidup tertinggi ketimbang hewan. Akan tetapi, manusia tidak dibekali kemampuan dari segi kekuatan, kecepatan, dan pertahanan diri seperti yang dimiliki hewan. Itu sebabnya, terkadang manusia bisa kalah dengan hewan-hewan buas ini. Meski begitu, manusia memiliki akal yang sempurna, yang tidak dimiliki hewan.

Baca Juga: 6 Hewan ini Banyak Menghabiskan Waktunya untuk Tidur, Ada Siapa Saja?

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Seorang nelayan yang diserang cumi-cumi raksasa

Kamu pasti tidak asing dengan kisah monster Kraken. Ya, cumi-cumi raksasa ini sudah lama menjadi cerita horor penghuni lautan, bahkan muncul di buku klasik karya Jules Verne berjudul 20.000 Leagues Under the Sea (1870). Namun, serangan cumi-cumi raksasa bukan sekadar fiksi, lho. Faktanya, pada abad ke-19, ada serangan cumi-cumi raksasa di kehidupan nyata, yang akhirnya membantu para ilmuwan memahami makhluk misterius ini.

Pada 1873, seorang nelayan bernama Theophilus Picot memancing di Conception Bay, lepas pantai Newfoundland. Saat mendayung perahunya, dia melihat sesuatu yang aneh di dalam air. Pada awalnya, dia mengira mungkin itu hanyalah puing-puing dari bangkai kapal, mengingat ukurannya yang sangat besar. Penasaran, Picot menyodok benda itu dengan dayungnya. Diketahui bahwa itu semacam gurita atau cumi-cumi raksasa.

Cumi-cumi itu menghantam bagian bawah perahu Picot. Ia kemudian melilit kapal dengan tentakelnya yang berlendir, berniat menyeret perahu Picot. Tanpa berpikir lama, Picot segera mengambil kapak dan memotong tentakelnya, hingga monster laut itu pergi menjauh.

Nah, tentakel yang Picot potong ini dia simpan dalam tong berisi air garam dan diberikan kepada ahli geologi Skotlandia bernama Alexander Murray. Ini menjadi kali pertama di mana tentakel cumi-cumi raksasa diteliti dari dekat oleh para ilmuwan. Murray menemukan bahwa panjang tentakel cumi-cumi raksasa itu sekitar 5 meter, tapi tentakelnya bisa lebih panjang. Kemungkinan besar, tentakel itu menyusut karena air garam. Apalagi Picot mengaku bahwa ada beberapa bagian tentakelnya yang terpotong saat ia bertikai dengan cumi-cumi raksasa itu. Picot menduga bahwa panjang tentakel sebenarnya adalah lebih dari 9 meter.

Ilmuwan yang mencatat gejala kematiannya sendiri

Sebagai ahli herpetologi yang bekerja di fasilitas terkemuka seperti American Museum of Natural History di New York dan Field Museum of Chicago, Karl P. Schmidt adalah seorang ahli tentang reptil. Beberapa orang bahkan mengiriminya ular untuk diidentifikasi.

Pada 25 September 1957, Kebun Binatang Lincoln Park mengirimkan seekor ular untuk diteliti Dr. Schmidt. Schmidt memberitahukan bahwa ular yang dikirimkannya itu adalah ular boomslang atau ular asal Afrika yang berbisa. Namun saat dia meneliti hewan itu, tangan Schmidt digigit. Namun bukannya pergi ke rumah sakit, ia malah pulang.

Ditambah lagi, Dr. Schmidt tahu bahwa antivenin (antibisa) ular boomslang hanya dapat ditemukan di Afrika. Namun yang paling mengerikannya, Schmidt justru mencatat gejala-gejala yang dideritanya dalam buku harian. Ia mencatat setiap hal kecil yang terjadi pada tubuhnya.

Dr. Schmidt mencatat bahwa ia menggigil serta diikuti demam tinggi. Gusinya berdarah, buang air kecil berdarah, dan muntah-muntah. Schmidt menyimpan catatannya itu selama 15 jam, sampai ketika dia terjatuh ke lantai.

Dr. Schmidt 100 persen keliru tentang ular boomslang. Dia pikir ular ini tidak mematikan, tetapi faktanya, boomslang adalah salah satu ular paling mematikan di dunia. Tragisnya, ia meninggal pada 26 September karena kelumpuhan pada otot pernapasan. Saat diautopsi, dokter menemukan bahwa Schmidt mengalami pendarahan dari paru-paru, ginjal, jantung, dan otaknya.

Seorang perempuan yang diserang rakun rabies

Sekilas, rakun mirip seperti hewan berbulu yang menggemaskan. Namun kenyataannya, rakun adalah hewan mengerikan yang bisa mencabik-cabik manusia. Apalagi jika hewan ini terjangkit virus rabies. Tragedi ini pernah dialami oleh seorang perempuan bernama Michelle.

Saat diwawancarai This American Life, Michelle bercerita bahwa awalnya dia sedang berjalan kaki di pedesaan New York pada musim dingin. Lalu di tengah perjalanan, ia melihat seekor rakun dari kejauhan. Setelah mengamati hewan itu, Michelle menyadari bahwa rakun itu ingin menyerangnya. Pasalnya rakun itu terlihat menggeram, mendesis, dan siap menyerang. Karena ketakutan, Michelle mencoba melarikan diri, tetapi usahanya gagal.

Hewan seberat 13 kilogram itu mengejar Michelle dan melompat ke atas kakinya. Michelle mencoba melawan hewan itu selama beberapa detik. Ia menderita beberapa gigitan. Sambil menahan rakun itu, Michelle berhasil mengambil handphone dari sakunya dan menghubungi suaminya untuk meminta bantuan.

Beberapa saat kemudian, suami dan putranya tiba. Mereka segera berhasil melepaskan rakun itu dari Michelle. Diketahui bahwa rakun itu mengidap rabies, hingga membuat suami Michelle mencoba membunuhnya dengan besi dari mobilnya. Namun upayanya gagal, putra Michelle pun memukul rakun tersebut selama 5 menit hingga mati.

Michelle diberi tahu petugas medis bahwa dia hanya punya waktu selama 72 jam sejak gigitan pertama. Dengan kata lain, Michelle harus segera mendapat suntikan rabies sebelum terlambat. Ia pun bergegas ke UGD, dan mendapat suntikan rabies meski terkendala banyak hal.